Kemanakah melangkah ketika tersesat ???......

      Matahari terasa semakin panas, jarum jam menunjuk ke angka 12.00, (huuft… ini membuatku gerah, aku ingin mengguyur air di sekujur tubuhku). Aku bergegas mandi, dengan iringan lagu yang ku nyanyikan membuat pikiranku menjadi lebih segar dan sejuk.

      Tak lama.. aku mendengar ada suara aneh.. aku penasaran dan segera berpakaian untuk mencarinya keluar. Aku berjalan mengikuti sumber suara itu. Sumbernya dari kamar (apakah itu ibu?) aku mempercepat langkahku, dan ternyata itu memang ibuku, ia mengemas beberapa pakaiannya ke dalam tas besar..

Saya :”Kenapa Bu’?”

Ibu :”Cepat berkemas, kita akan ke Rumah Sakit”

Saya :”Ke Rumah Sakit? Siapa yang sakit Bu’? Kok Ibu’ sampai menangis begitu?

Ibu :”Ayah kecelakaan……” (sahutnya dengan suara gemetar)

Saya :” …………... “

      Aku hanya tercengang mendengar pernyataan ibuku…., perlahan aku barjalan dan berdiri di depan cermin, aku memandangi diriku didalamnya dengan seksama. Aku merasa ada yang mengganjal pada diriku… Deghh..!! (aku tidak menangis! mengapa aku tidak menangis?! Apa ini artinya aku tidak sayang pada ayahku sendiri?!!) benakku terasa penat, kepalaku penuh dengan pertanyaan-pertanyaan mengapa aku tidak mengkhawatirkan ayahku?..

      Aku berusaha untuk meredam semua itu. Aku berusaha untuk tenang.. dan aku mulai sadar, bahwa ayahku adalah orang yang kuat (pasti ayah tidak apa-apa, paling-paling hanya luka kecil, makanya aku tidak mencemaskannya.)

      Langit mulai sore, dan akhirnya aku telah tiba di Rumah Sakit. “Mana Ayah?” sahutku, “Ada di dalam dik” jawab seorang lelaki sebaya ayahku. Ia menggiringku ke dalam ruang UGD, dan dibukanya pintu kaca itu untukku. Aku memasuki ruangan itu, ku pandangi seisi ruangan itu dan mataku langsung tertuju pada seorang pasien dengan kaki terbalut perban yang masih berbercak darah.. aku berlari kearahnya hingga aku benar-benar dapat melihat jelas wajahnya… dan memang sulit kupungkiri bahwa ternyata ia memang adalah ayahku..

      Ia menatapku dengan raut lelah karna menahan sakitnya..dengan perasaan tersiksa karna terikat oleh kabel-kabel pendeteksi detak jantung juga selang oksigen yang membantunya bernafas.. matanya berlinang air mata karena melihatku menangis.., aku tak sanggup melihatnya tersiksa.,aku berlari keluar dan meluapkan semua perasaanku dengan air mata yang tiada henti di pelukan ibuku..

      Dokter bilang ayah mengalami patah tulang parah di kaki kanannya, dan harus sesegera mungkin menjalani operasi. Malam itu juga ayahku mulai di operasi, sanak saudara terdekat pun mulai berdatangan untuk menjenguk dan berjaga malam di Rumah Sakit. Satu, dua, tiga, lima jam akhirnya berlalu dan opersi pun selesai dan berjalan lancar.

      Tiga Minggu lebih ayahku menjalani opname dan ayahku diperbolehkan pulang dengan syarat harus melakukan cek-up setiap 1 bulan sekali. Rasanya semua nampak berbeda, ayah yang biasanya sering keluar , kini harus always stay at home, yang biasanya hoby tennis setiap minggu, sekarang malah Cuma bisa jadi penonton dari tv., bahkan untuk mengingat dulu seperti apa cara ayah berjalan saja aku sudah susah untuk membayangkannya.

      Sudah beberapa bulan berjalan, kini ayahku mulai beraktivitas normal, yahh.., walaupun berjalannya masih harus dibantu dengan 2 tongkat..

Ayah :”ayah berangkat kerja dulu ya. Assalamualaikum.”

Ibu :”waalaikumsalam, P. Slamet saya titip bapak ya.” Kata ibuku pada salah seorang karyawan ayah yang menggonceng ayahku di motornya.

P. Slamet :”siap bu’, saya akan hati-hati.”

Saya :”arik juga mau berangkat sekolah bu’, assalualaikum” ucapku dengan mencium tangannya.

      Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiing……………………….!!!! Suara bel sekolahku berbunyi. “waktunya pulaaaaaaaang…!” sahutku gembira. Beerrlggh.. (aduh…perutku keroncongan., aku ingin cepat-cepat pulang). Aku berlari sekencang mungkin agar cepat tiba dirumah

Saya :”hosh… hosh… hosh… assalamualaikum!!”

Ibu :”waalikumsalam. Kok sampai ngos-ngosan begitu?? Kenapa diik?”

Saya :”hehe.. arik lapar bu’.”

Ibu :”ooh.., ya sudah makan sana, itu ibu barusan selesai masak”

      Brumm….brumm…!! (seperti suara motor ayah, tumben pulang lebih awal) Ibuku menengok keluar untuk memastikan.

Ibu :”Ya ALLAH…………..!!

Saya :”ada apa bu’?”

Ibu :”samean iki maas.., gorong waras tenan kok wes nyetir motor dewe!! Gak usah keburu-buru opo’o seh? Seng sabar samean iku!” sahut ibuku dengan nada kesal.

P. Slamet :”iya bu’, sebenarnya tadi saya ndak mau di gonceng bapak, saya takut. Tapi bapak maksa jadi saya nurut saja”

Ayah :”ya masa’ ayah terus-tersan begini.., siapa yang mau selalu bergantung pada orang lain, orang juga kan gak akan selamanya mau direpotkan..”

Ibu :”iya, ibu’ ngerti tapi kan ayah belum pulih betul..”

Ayah :”iya ayah tau, tapi kalau tidak ada kemauan untuk berubah, ya kapan ayah bisa sembuh?, tadi pagi di kantor ayah baca Koran, ada seorang bapak yang kaki kanannya diamputasi, tapi dia bisa mengendarai motor bahkan ia menggonceng istri dan ketiga anaknya.. masa’ ayah yang berkaki lengkap tidak bisa seperti itu, harusnya kan ayah bisa lebih dari itu.”

      Aku begitu terkejut mendengarnya, tak ku sangka ternyata setelah keterpurukannya, ayah memiliki semangat juang yang begitu besar untuk bangkit dari keterbatasannya.

      Aku mulai mengerti akan 2 hal. Pertama , aku sadar bahwa datangnya suatu masalah ataupun yang biasa kita sebut dengan musibah bukanlah sesuatu yang bisa kita simpulkan bahwa Tuhan sedang membenci kita dan adalah salah jika kita beranggapan bahwa dunia ini mulai tidak adil terhadap diri kita.

      Tetapi sesungguhnya apa yang menimpa diri kita itu adalah karena Tuhan ingin menguji kita bagaimana cara kita menghadapi masalah tersebut sehingga akan naiklah derajat kita damata-Nya bagi orang-orang yang dapat menghadapinya dengan cara yang benar.

      Kedua, aku juga mulai sadar bahwa suatu keberhasilan bukanlah hal yang mudah untuk diwujudkan. Tetapi sesuatu yang terasa sulit dan teramat berat sekalipun juga akan mudah untuk kita lewati apabila, kita dapat mengatasinya bukan hanya dengan keinginan yang besar tetapi juga melakoninya dengan kemauan untuk benar-benar mau berubah tentunya dengan doa dan faktor pendukung lainnya.

      Dan satu hal yang patut tuk ku teladani.., bahwa kita tidak bisa lari dari masalah, tadak boleh lemah ketika halangan menggoyahkan kita, harus tetap berdiri tegap di jalur yang lurus walaupun kita tersandung batu beberapa kali, tapi kita harus terus bangkit agar kita sampai ke garis finish.

      Karena Tuhan tidak asal menghidupkan kita, kita hidup karena kita yang menyanggupi, maka yakinilah, kau pasti mampu tuk menjalani semua… ^^

Mengenai Saya

Pengikut

yaHOO MesseNger

c-box_na nyund...^^

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : Galoga
Diberdayakan oleh Blogger.